Laman

Wednesday, November 28, 2012

POLA PERUBAHAN SOSIAL


Pola Perubahan Sosial

Pola Linier
            Menurut Etzioni-Halevy dan Etzioni (1973) perkembangan masyarakat mengikuti suatu pola yang pasti. Contoh yang diberikan Etzioni-Halevy dan Etzioni adalah karya Comte dan Spencer yang menyatakan bahwa kemajuan progresif peradaban manusia mengikuti suatu jalan yang alami, pasti, sama, dan tak terelakkan.
            Teori ”Hukum Tiga Tahap” yang dikemukakan Comte menyatakan bahwa sejarah memperlihatkan adanya tiga tahap yang dilalui peradaban. Pada tahap pertama yang diberinya nama tahap Teologis dan Militer, Comte melihat bahwa semua hubungan sosial bersifat militer; masyarakat senantiasa bertujuan menundukkan masyarakat lain. Semua konsepsi teoritis dilandaskan pada pemikiran mengenai kekuatan-kekuatan adikodrati. Pengamatan dituntun oleh imajinasi; penelitian tidak dibenarkan.

            Tahap ke dua, tahap Metafisik dan Yuridis, merupakan tahap antara yang menjembatani masyarakat militer dengan masyarakat industri. Pengamatan masih dikuasai imajinasi tetapi lambat laun semakin merubahnya dan menjadi dasar bagi penelitian.
            Pada tahap ke tiga dan terakhir, tahap Ilmu Pengetahuan dan Industri, industri mendominasi hubungan sosial dan produksi menjadi tujuan utama masyarakat. Imajinasi telah digeser oleh pengamatan dan konsepsi-konsepsi teoritis telah bersifat positif.

            Dari apa yang telah dikemukakan Comte tersebut—perubahan yang pasti, serupa, tak terelakkan, dapat kita lihat bahwa pandangannya mengenai perubahan sosial bersifat unilinear.
            Pemikiran uniliniear kita jumpai pula dalam karya Spencer. Spencer mengemukakan bahwa struktur sosial berkembang secara evolusioner dari struktur yang homogen menjadi heterogen. Perubahan struktur berlangsung dengan diikuti perubahan fungsi. Suku yang sederhana bergerak maju secara evolusioner ke arah ukuran lebih besar, keterpaduan, kemajemukan, dan kepastian sehingga terjelma suatu bangsa yang beradab.

Pola Siklus
            Pola Siklus menekankan bahwa masyarakat berkembang bagai roda: kadang di atas, kadang di bawah. Pandangan Etzioni-Halevy dan Etzioni memandang bahwa kebudayaan tumbuh, berkembang dan kemudian lenyap; ataupun laksana tahap perkembangan seorang manusia – melewati masa muda, masa dewasa, masa tua, dan akhirnya punah -.
            Pareto mengemukakan bahwa dalam tiap masyarakat terdapat dua lapisan. Lapisan bawah atau non-elite dan lapisan atas atau elite, yang terdiri atas kaum aristokrasi dan terbagi lagi dalam dua kelas: elite yang berkuasa dan elite yang tidak berkuasa. Menurut Pareto aristokrasi senantiasa akan mengalami transformasi; sejarah menunjukkan bahwa aristokrasi hanya dapat bertahan untuk jangka waktu tertentu saja dan akhirnya akan pudar untuk selanjutnya diganti oleh suatu aristokrasi baru yang berasal dari lapisan bawah. Sejarah, menurut Pareto, merupakan tempat pemakaman bagi aristokrasi. Aristokrasi yang menempuh segala upaya untuk mempertahankan kekuasaan akhirnya akan digulingkan melalui gerakan dengan disertai kekerasan atau revolusi.  Pareto mengacu pada pengalaman kaum aristokrasi di Yunani, Romawi dan sebagainya.

Gabungan dari beberapa pola
            Beberapa ahli melakukan penggabungan pola yang ada. Etzioni-Halevy dan Etzioni memberikan contoh tentang teori konflik Karl Marx. Pandangan Karl Marx menyatakan bahwa sejarah manusia merupakan sejarah perjuangan terus- menerus antara kelas-kelas dalam masyarakat sebenarnya mengandung benih pandangan siklus karena setelah suatu kelas berhasil menguasai kelas lain menurutnya siklus serupa akan berulang lagi. Ramalannya mengenai masyarakat komunis pun mengandung pemikiran siklis, karena masyarakat komunis yang didambakan Marx merupakan masyarakat yang menurut Marx pernah ada sebelum adanya feodalisme dan kapitalisme – masyarakat yang tidak mengenal pembagian kerja, yang di dalamnya konflik diganti dengan kerjasama. Namun dalam pemikiran Marx kita pun menjumpai pemikiran linear: menurutnya perkembangan pesat kapitalisme akan memicu konflik antara kaum buruh dengan kaum borjuis yang akan dimenangkan kaum buruh yang kemudian akan membentuk masyarakat komunis. Pandangan Marx mengenai perkembangan linear pun tercermin dari pandangannya bahwa negara jajahan Barat pun akan melalui proses yang telah dialami masyarakat Barat.
            Etzioni-Halevy dan Etzioni memberi contoh lain pemikiran Max Weber yang dinilai mengandung pemikiran siklus yaitu pembedaannya antara tiga jenis wewenang: karismatis, rasional-legal dan tradisional. Weber melihat bahwa wewenang yang ada dalam masyarakat akan beralih-alih: wewenang kharismatis akan mengalami rutinitas sehingga beralih menjadi wewenang tradisional atau rasio-legal; kemudian akan muncul lagi wewenang kharismatis, yang diikuti dengan rutinisasi; dan seterusnya. Di lain pihak, Weber pun melihat adanya perkembangan linear dalam masyarakat, yaitu semakin meningkatnya rasionalitas.

No comments:

Post a Comment