Laman

Sunday, September 11, 2011

Penerapan Pola Asuh yang Baik bagi Pembentukan Kepribadian Anak


       Penerapan Pola Asuh yang Baik bagi Pembentukan Kepribadian Anak


Anak adalah buah hati orang tua yang merupakan harapan masa depan.Oleh karena itu, anak harus dipersiapkan agar kelak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, bermoral dan berkepribadian yang baik berguna bagi masyarakat. Untuk itu, perlu dipersiapkan sejak dini. Anak sangat sensitif terhadap sikap lingkungannya dan orang-orang terdekatnya.Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat mempengaruhi kepribadian anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui bagaimana cara mengasuh anak dengan baik sehingga terbentuklah kepribadian yang baik pula.
Kepribadian anak terbentuk dengan melihat dan belajar dari orang-orang disekitar anak. Keluarga adalah orang yang terdekat bagi anak dan mempunyai pengaruh yang sangat besar. Segala perilaku orang tua yang baik dan buruk akan ditiru oleh anak. Oleh karena itu, orang tua perlu menerapkan sikap dan perilaku yang baik demi pembentukan kepribadian anak yang baik.
Pola asuh yang baik untuk pembentukan kepribadian anak yang baik adalah pola asuh orang tua yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi orang tua juga mengendalikan anak. Sehingga anak yang juga hidup dalam mansyarakat, bergaul dengan lingkungan dan tentunya anak mendapatkan pengaruh-pengaruh dari luar yang mungkin dapat merusak kepribadian anak, akan dapat dikendalikan oleh orang tua dengan menerapkan sikap-sikap yang baik dalam keluarga serta contoh atau tauladan dari orang tua.
Orang tua yang bisa dianggap teman oleh anak akan menjadikan kehidupan yang hangat dalam keluarga. Sehingga antara orang tua dan anak mempunyai keterbukaan dan saling memberi. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, gagasan, keinginan, perasaan, serta kebebasan untuk menanggapi pendapat orang lain.
Anak-anak yang hidup dengan pola asuh yang demikian akan menghasilkan karakteristik anak yang dapat mengontrol diri, anak yang mandiri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres dan mempunyai minat terhadap hal-hal baru.
Pengasuhan anak perlu disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Perkembangan anak dipengaruhi faktor bawaan dan pengaruh lingkungan.
1. Faktor bawaan
Sifat yang dibawa anak sejak lahir seperti penyabar, pemarah, pendiam,banyak bicara, cerdas atau tidak cerdas. Keadaan fisik seperti warna kulit,bentuk hidung sampai rambut. Faktor bawaan merupakan warisan dari sifat ibu dan bapak atau pengaruh sewaktu anak berada dalam kandungan,misalnya pengaruh gizi, penyakit dan lain-lain. Faktor bawaan dapat mempercepat, menghambat atau melemahkan pengaruh dari lingkungan.
Tidak dapat dibandingkan anak yang satu dengan anak yang lain tanpa memperhitungkan faktor ini.
2. Faktor lingkungan
Faktor dari luar diri anak yang mempengaruhi proses perkembangan anak. Meliputi suasana dan cara pendidikan lingkungan tertentu, lingkungan rumah atau keluarganya dan hal lain seperti sarana dan prasarana yang tersedia misalnya alat bermain atau lapangan bermain. Faktor lingkungan dapat merangsang berkembangya fungsi tertentu dari anak yang dapat menghambat atau mengganggu kelangsungan perkembangan anak.
Pengaruh yang sangat besar dan sangat menentukan dirinya nanti sebagai orang dewasa adalah ketika anak berusia dibawah 6 tahun, sehingga lingkungan keluarga sangat perlu diperhatikan. Hakikat mengasuh anak adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang dengan baik, ketika dewasa menjadi bertanggung jawab.
Pola asuh yang baik menjadikan anak berkepribadian yang kuat, tidak mudah putus asa dan tangguh menghadapi tekanan hidup. Sebaliknya pola asuh yang salah menjadikan anak rentan terhadap stres, mudah terjerumus pada hal-hal yang negatif.
Mengasuh anak melibatkan seluruh aspek kepribadian anak baik jasmani, intelektual, emosional, keterampilan, norma dan nilai-nilai. Hakikat mengasuh anak meliputi pemberian kasih sayang dan rasa aman, sekaligus disiplin dan contoh yang baik. Karenanya diperlukan suasana kehidupan keluarga yang stabil dan bahagia.
Cara mengasuh anak harus sesuai dengan tahap perkembangan. Perkembangan anak, sejak dalam kandungan sampai umur 6 tahun, merupakan pondasi dalam membentuk kepribadian anak. Perkembangan ini dibagi 4 tahap, tiap tahapan mempunyai ciri dan tuntutan perkembangan tersendiri. Kebutuhan perkembangan anak meliputi kebutuhan mental, emosional dan sosial.
Cara mengasuh anak yang sesuai dengan perkembangan anak, dibagi dalam 4 tahap sebagai berikut:
1. Sejak dalam kandungan
Kesehatan anak di dalam kandungan dipengaruhi o leh keadaan kesehatan ibunya. Bila ibu sakit fisik (misalnya infeksi), maka anak dalam kandungan dapat tertular. Bila ibu stres, anak dalam kandungan juga dapat terpengaruh. Karena itu, ibu perlu mempersiapkan diri dengan baik agar anak dalam kandungan sehat fisik dan mental. Ibu perlu menjaga pikiran dan perasaan supaya anaknya nanti tidak rewel dan mudah menyesuaikan diri.
Suara ibu adalah suara yang sering di dengar anak. Suara keras atau lembut ibu akan diikuti anak setiap waktu. Bapak dan ibu perlu menjaga percakapannya supaya anak terbiasa mendengarkan dan mudah meniru yang baik-baik nantinya. Ibupun harus tenang. Jika ibu sering cemas, sedih, ketakutan dan marah, maka setelah lahir anak bisa menjadi rewel, selalu gelisah dan sukar menyesuaikan diri.
2. Sejak lahir sampai 1,5 tahun
Sejak lahir anak sepenuhnya bergantung pada orang lain terutama ibu atau pengasuhnya. Anak perlu dibantu untuk mempertahankan hidupnya. Tahap ini untuk mengembangkan rasa percaya diri pada lingkungannya. Bila rasa percaya tidak dapat, maka timbul rasa tidak aman, rasa ketakutan dan kecemasan. Bayi belum bisa bercakap-cakap untuk menyampaikan keinginannya. Tangisan pada bayi menunjukkan bahwa ia membutuhkan bantuan. Ibu harus belajar mengerti maksud tangisan bayi. ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi. Dengan pemberian asi, bayi akan di dekap ke dada sehingga merasakan kehangatan tubuh ibu dan terjalinlah hubungan kasih sayang antara bayi dan ibunya. Segala hal yang dapat mengganggu proses menyusui dalam hubungan ibu dan anak pada tahap ini akan menyebabkan tergangunya pembentukan rasa aman dan rasa percaya diri. Ganguan yang dapat timbul pada tahap ini adalah kesulitan makan, mudah marah, menolak sesuatu yang baru, sikap dan tingkah laku yang seolah-olah ingin melekat pada ibu dan menolak lingkungan.
3. Usia 1,5 sampai 5 tahun
Tahap ini merupakan tahap pembentukan kebiasaan diri. Aspek psikososialnya, anak bergerak dan berbuat sesuai kemauan sendiri, meraih apa yang bisa dijangkau, dapat menuntut apa yang dikehendaki atau menolak apa yang tidak dikehendaki. Pada tahap ini, akan tertanam dalam diri anak perasaan otonomi diri seperti makan sendiri, pakai baju sendiri dan lain-lain. Hal ini menjadi dasar terbentuknya rasa yakin pada diri dan harga diri dikemudian hari.
Orang tua hendaknya mendorong agar anak dapat bergerak bebas, menghargai dan meyakini kemampuannya. Jika terdapat gangguan dalam mencapai rasa otonomi diri, anak akan dikuasai rasa malu, ragu-ragu serta pengekangan diri yang berlebihan.
Sebaliknya dapat juga terjadi melawan dan berontak. Gangguan yang timbul pada tahap ini, anak sulit makan, suka ngadat dan ngambek, menentang dan keras kepala, suka menyerang atau agresif.
Konsep ruang dan sebab akibat mulai berkembang. Mulai mengenal nama-nama di sekitarnya dan mulai menggolongkan serta membedakan benda berdasarkan kegunaannya. Bahasa mulai berkembang dan mulai menirukan kata-kata dan perilaku orang disekitarnya walaupun anak belum mengerti.
4. Usia 3 sampai 6 tahun (prasekolah)
Dengan meningkatnya kemampuan berbahasa dan kemampuan untuk melakukan kegiatan yang bertujuan, anak mulai memperhatikan dan berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Anak bersifat ingin tahu, banyak bertanya dan meniru kegiatan sekitarnya, libatkan diri dalam kegiatan bersama dan menunjukan inisiatif untuk mengerjakan sesuatu tetapi tidak mementingkan hasilnya, mulai melihat adanya perbedaan jenis kelamin.
Pada tahap ini seorang ayah mempunyai peran yang penting bagi anak. Anak laki-laki merasa lebih sayang pada ibunya dan anak perempuan lebih sayang pada ayahnya. Melalui peristiwa ini anak dapat mengalami perasaan sayang, benci, iri hati, bersaing, memiliki dan lainlain.
Ia dapat pula mengalami perasaan takut dan cemas. Dalam hal ini, kerjasama ayah dan ibu sangat penting artinya. Yang diperlukan anak seusia ini adalah melatih kemampuan fisik, kemampuan berfikir, mendorong anak bergaul dan mengembangkan angan-angan. Pada tahap ini aspek intelektualnya mulai berkembang lebih nyata tentang konsep ruang dan waktu, mulai mengenal betuk-bentuk dua dan tiga dimensi, warna-warna dasar, simbol-simbol angka, matematika dan huruf. Ganguan yang dapat timbul pada tahap ini adalah masalah pergaulan dengan teman, pasif dan takut berbuat sesuatu, takut mengemukakan sesuatu serta kurang kemauan, masalah belajar dan merasa bersalah.

No comments:

Post a Comment