Laman

Tuesday, November 6, 2012

Jikoshoukai (Perkenalan Diri)


Perkenalan Diri (Jikoshoukai, 自己紹介)
Hajimemashite, はじめまして = Senang bertemu Anda.
Watashi wa …. desu,
わたしはです = Saya (nama saya) adalah …
Douzo yoroshiku
どうぞよろしく= Mohon bimbingannya (arti harfiahnya = mohon kebaikan Anda)
Dalam Bahasa Jepang, Jikoshoukai biasanya ada 3 urutan yang umum diucapkan, seperti pada contoh di atas.
  1. Memulai perkenalan diri. Senang berkenalan dengan Anda. Nice to meet you (dlm bhs Inggris).
    • Hajimemashite, はじめまして.
  2. Memperkenalkan diri. Perkenalkan nama, kebangsaan, pekerjaan, dll atribut Anda.
    • Watashi wa … desu, わたしはです = Saya (nama saya) adalah …
    • Watashi no namae wa … desu, わたしの名前はです = Nama saya adalah …
    • Namae wa … desu, 名前はです = Nama (saya) adalah …
    • Watashi wa … to moushimasu, わたしはと申します = Saya dipanggil (nama saya) … <– jauh lebih sopan/ menghormat.
  3. Mohon bombingannya.
    • Yoroshiku, よろしく
    • Douzo yoroshiku, どうぞよろしく
    • Douzo yoroshiku onegai shimasu, どうぞよろしくおねがいします <– paling sopan.
Pada bagian (2) memperkenalkan atribut diri, bisa dikembangkan misalnya :
Watashi wa Indoneshia no Andi desu, わたしはインドネシアのアンディーです = Saya Andi yang berkebangsaan Indonesia.
Watashi wa Indoneshia jin desu, わたしはインドネシアじんです = Saya orang Indonesia.
Watashi wa Indoneshia kara kimashita, わたしはインドネシアからきました = Saya datang dari Indonesia.
Watashi wa sensei desu, わたしはせんせいです = Saya adalah guru.
Jika perkenalan diri sudah selesai, maka pihak lawan bicara akan menjawab :
Kochira koso yoroshiku onegai shimasu, こちらこそよろしくおねがいします = Saya juga mohon bimbingan Anda.
Contoh Percakapan :
Misalnya, Andi, seorang mahasiswa dari Indonesia datang ke Jepang, kemudian memperkenalkan diri kepada Tn Nakata.
Tn. Andi : Hajimemashite. Watashi wa Andi to moushimasu. Indoneshia kara kimashita. Watashi wa gakusei desu. Douzo yoroshiku onegai shimasu.
Tn. Nakata : Kochira koso yoroshiku onegai shimasu.
Kosa Kata Baru :
Na-ma-e, 名前 = nama
Sen-sei, せんせい = guru
Ga-ku-sei, がくせい = mahasiswa
Ka-i-sya-in, かいしゃいん = karyawan
Kei-sa-tsu-kan, けいさつかん = polisi
I-sya, いしゃ = dokter
Kan-go-fu, かんごふ = perawat
Hi-syo, ひしょ = sekretaris
In-do-ne-shi-a, インドネシア = Indonesia
A-me-ri-ka, アメリカ = Amerika (Serikat)
Me-ki-shi-ko, メキシコ = Meksiko
Fu-ran-su, フランス = Perancis
I-gi-ri-su, イギリス = Inggris
Oo-su-to-ra-ri-a, -ストラリア = Australia
お誕生日おめでとうございます
Otanjoubi omedetou gozaimas
Selamat ulang tahun

結婚おめでとうございます
Kekkon omedetou gozaimas
Selamat menikah

明けましておめでとうございます
Akemashite omedetou gozaimas
Selamat tahun baru

お早うございます
Ohayou gozaimas
Selamat pagi

こんにちは
Konnichiwa
Selamat siang

こんばんは
Konbanwa
Selamat sore/ malam

お休みなさい
Oyasuminasai
Selamat malam (arti harfiahnya : selamat beristirahat)

さようなら
Sayounara
Selamat tinggal


Manfaat Sistem Informasi pada Statistika Indonesia


Sistem informasi merupakan hal yang penting bagi perstatistikan nasional karena dengan adanya informasi yang lengkap dan akurat maka mutu data yang akan di berikan BPS kepada masyarakat akan lebih cepat sehingga upddate data semakin cepat.Jika dikaji dari aspek pemanfaatan, karakteristik, dan sifat pertukarannya, informasi secara garis besar dipilah dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi utama setiap organisasi; informasi tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan pembangunan termasuk dalam kelompok ini. Kelom­pok kedua adalah informasi yang berkaitan dengan sumber daya pendukung bagi terselenggaranya tugas pokok dan fungsi utama setiap organisasi; informasi tentang keuangan, kepegawaian, per­lengkapan/inventaris, peraturan, pengelolaan dokumen, dan kegiat­an perkantoran, termasuk dalam kelompok ini. Kelompok ketiga adalah informasi yang berkaitan dengan pelayanan dan jasa serta penerangan bagi masyarakat yang bersifat umum, bebas, dan terbuka, yang berkenaan dengan berbagai kegiatan kehidupan; informasi tentang cuaca, jadwal perjalanan kereta api, investasi, industri dan teknologi, tenaga kerja, transportasi, perdagangan, dan masalah umum lainnya termasuk dalam kelompok ini. Dampak positif dari pengembangan sistem informasi yang telah dilaksanakan selama ini, antara lain tersedianya data dan informasi yang lebih akurat, lebih lengkap, dapat dipertanggungjawabkan, dan lebih mudah diakses; adanya perbaikan dalam pengelolaan administra- si; meningkatnya kecepatan proses, efisiensi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi; meningkatnya komunikasi internal dan eksternal; serta meningkatnya produktivitas dan kemampuan sumberdaya manusia di bidang sistem informasi.Di bidang statistik, sasaran pembangunan statistik adalah berkem- bangnya sistem perstatistikan nasional yang makin terpadu dan andal, yang mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas pembangunan secara sektoral, lintas sektor, nasional, dan regional. Dengan demi- kian, diharapkan proses pengambilan keputusan yang dilakukan di semua kegiatan, baik oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta, dapat menggunakan data statistik yang akurat dan tepat-waktu. Sampai tahun ketiga Repelita VI, usaha pencapaian sasaran ini dilakukan melalui pelaksanaan program penyempurnaan dan pengembangan statistik, program pengembangan informasi statistik, serta program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan statistik. Dalam tahun 1996/97 program penyempurnaan dan pengem- bangan statistik, sebagai program pokok, dilakukan melalui kegiatan: pengumpulan dan pengolahan data statistik bidang pertanian, industri, distribusi, sosial kependudukan, dan neraca nasional; pengkajian dan analisis statistik; penyempurnaan teknik statistik; pengembangan sistem pengolahan dan penyajian; pengembangan tata-cara kerja dari kegiatan statistik, termasuk teknik pengumpulan data, cakupan data dan pembagian kerja antar instansi; pengembangan kelembagaan statis- tik di daerah, baik tingkat propinsi, kabupaten/kotamadya maupun kecamatan; serta penyempurnaan sarana dan prasarana yang mampu meningkatkan mutu, kelengkapan, dan kecepatan penyajian data statistik. Kegiatan penyempurnaan kelembagaan statistik pada tahun 1996/97 diarahkan untuk mendukung pengembangan dan pelaksanaan kegiatan statistik. Salah satu kemajuan penting dalam bidang perstatistikan adalah diundangkannya UU No. 16 Tahun 1997 Tentang Statistik pada bulan Mei 1997. UU ini menggantikan UU No. 6 tahun 1960 tentang Sensus dan UU No. 7 tentang Statistik tahun 1960. Dengan demikian diharapkan pembangunan bidang statistik, termasuk pengaturan kelembagaan statistik, dapat lebih berhasil-guna dan berdaya-guna di masa-masa mendatang.Pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang informasi dan statistik mendapat perhatian yang besar. Hal ini dilakukan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan pada berbagai instansi, maupun pendidikan formal di bidang teknologi informasi di pusat dan daerah. Jumlah mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta yang membuka program pendidikan bidang informatika/ komputer semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan tenaga profesional di bidang teknologi informasi.

JENIS SENSUS DAN SURVEY

                    Badan Pusat Statistik adalah Lembaga Pemerintahan Non-Departemen yang bertanggung jawab kepada Presiden. Berdasarkan undang undang UU Nomor 16 tahun 1997, peranan yang harus dilakukan Badan Pusat Statistik  sebagai lembaga pencacahan yang independent memiliki dua program setiap tahunnya yaitu survey dan dalam jangka waktu beberapa tahun sekali akan dilakukan sensus.
Sensus adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pemcacaham semua unit populasi di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk memperoleh karakteristik suatu populasi pada saat tertentu dan dalam waktu tertentu. Sensus dilakukan dalam suatu ruang lingkup yang besar sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dan tenggang satu sensus ke sensus yang lain pun lama dan memerlukan biaya yang lebih besar karena data ini sangat akurat dan dapat di pertanggung jawabkan.
Didalam BPS terdapat banyak jenis sensus, diantaranya :
1.    Sensus Penduduk
Sensus penduduk adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan seluruh penduduk yang bertempat tinggal atau berada di wilayah Republik Indonesia untuk memperoleh karakteristik penduduk pada saat tertentu. Sensus penduduk dilakukan pada tahun yang berakhiran 0, Pencacahan dalam sensus penduduk dilaksanakan untuk mengumpulkan karakteristik pokok dan rinci terhadap seluruh penduduk.Karakteristik pokok dan rinci sebagaimana dimaksud dalam ayat mencakup karakteristik tentang penduduk, perumahan dan lingkungannya, dan karakteristik lain yang termasuk dalam lingkup statistik dasar bidang kependudukan. Sensus penduduk ini penting bagi Indonesia karena dapat menentukan kebijakan yang dilakukan oleh istana agar masalah kependudukan tidak menjadi buruk dan dapat ditangani secara optimal dan efisien. Selain untuk melihat dan merancang bagaimana pemerintah menyiapkan solusi buat permasalahan kependudukan yang akan dihadapi oleh pemerintahan Indonesia mendatang juga untuk melihat bagaimana pertumbuhan penduduk yang akan terjadi di masa datang dan cara mencegah pertumbuhan tersebut. Sensus penduduk juga bisa melihat margin antara laki laki dan perempuan sehingga dapat mengetahui perkiraan perkembangan di masa depan

2.    Sensus Pertanian
Sensus pertanian adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan seluruh petani, rumah tangga pertanian, dan perusahaan pertanian di wilayah Republik Indonesia untuk memperoleh karakteristik pertanian pada saat tertentu. Sensus pertanian di lakukan di tahun yang berakhiran 3 dan akan di lakukan tahun depan. Sensus Pertanian sangat di perlukan mengingat negara Indonesia adalah negara agraris dan perlu mengembangkan dengan pesat pertanian di Indonesia. Sekarang ini Indonesia sangat membutuhkan rencana untuk mengembangkan perekonomian yang saat ini banyak melakukan impor pangan, hal ini sangat ironis melihat betapa luas lahan yang dimiliki oleh Indonesia akan tetapi belum di optimalkan dan masih menjadi lahan kosong yang tak produktif. Dengan di laksanakanya sensus pertanian ini diharapkan pemerintah mampu meluhat dan menyusun rencana bagaimana mengoptimalkan lahan agar Indonesia tak lagi mengimpor bahan pangan dari luar negeri, selain bisa menguntungkan dan mengurangi beban APBN yang membengkak karena beban impor pangan yang terlalu berlebihan. Petani dan masyarakat bagaimana caranya agar melirik lagi agribisnis, selain itu kesejahteraan petani pun akan bisa terangkat karena data BPS akan membantu jika di analisis dan dicari solusinya dengan benar. Dengan sensus pertanian di harapkan mampu mengangkat ekonomi dan terus memanfaatkan lahan yang ada.  

3.    Sensus Ekonomi
Sensus ekonomi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan seluruh usaha dan atau perusahaan non pertanian di wilayah Republik Indonesia untuk memperoleh karakteristik usaha dan atau perusahaan pada saat tertentu. Sensus ini di lakukan dengan tahun yang berakhiran angka 6. Sensus ekonomi mencacah ekonomi di indonesia selain pertanian. Ekonomi di indonesia sekarang ini mengalami tren naik yang lumayan baik dan mampu mengangkat derajat bangsa indonesia di kancah internasional. Akan tetapi menurut data BPS angka itu masih jauh dari ynag di harapkan karena perkiraan BPS lebih besar dari pada itu dan masih akan terus berjalan naik jika tak ada suatu hal yang membuat grafik tersebut jatuh. Sensus ekonomi ini sangat penting dalam merancang APBN sepuluh tahun kedepan. Ekonomi di indonesia umumnya belum di manfaatkan secra optimal. Dan perhatioan dari [pemerintah di pusat sangat kurang sehingga tak tahu bagaimana harus bertindak dan takut untuk gagal. Di sini sensus ekonomi sangat lah penting untuk mengkaji dan menganalisis ulang bagaimana pemerintah herus bertindak. Badan Pusat Statistik sangat mengharapkan pemerintah tanggap dan menanggapi data yang diberikan dan dianalisis dengan benar dan tak salah melakukan kebijakan yang tak berpihak untuk rakyat. Walaupun begitu sensus ekonomi ini tak akan membantu jika di biarkan menjadi data kosong yang tak ditanggapi dengan benar oleh pemerintah. Sensus ekonom mencatat berbagai kegiatan dan keadaan ekonomi di seluruh wilayah indonesia, jadi Badan Pusat Statistik mengetahui bagaimana keadaan indonesia yang sebenarnya, kesenjangan ekonomi pun sangat terlihat.

4.    Sensus Ternak Sapi
Sensus sapi adalah pengumpulan data keberadaan dan jumlah sapi dan kerbau di seluruh wilayah Republik Indonesia. Sensus ini merupakan rangkaian dari sensus pertanian namun dilakukan di waktu yang berbeda sensus Ternak ini mencacah ternak sapi dan ternak kerbau yang ada di indonesia. Mencatat bagaimana dari berat dan jenis sapi dan kerbau di indonesia. Survey mencatat bahwa indonesia sapi nya kulaitas menengah kebawahkarena kesalahan pemeliharaan sapi yang sama sekali tak efektif dan tak ada penyuluhan dari pemerintah pusat. Sensus Ternak Sapi ini sangat penting untuk melihat bagaimana ternak ternak ini dan  keadaan sebenarnya. Seperti data yang lain, data itu bisa di olah dan nanti akan bertemu solusi yang lebih baik dari sebelumnya, sensus ternak ini jangan di sepelekan karena kebutuhan daging di indonesia banyak dan pengusaha ternak sapi pun masih terus berfikir ulang untuk menggeluti usaha ini. Dengan sensus ternak diharapkan mampu memberi gambaran yang jealas tentang ternak sapi maupun kerbau

5.    Sensus Industri Penggilingan Padi
Sensus Industri Penggilingan Padi adalah pengumpulan data keberadaan, penyebaran, aktivitas dan karakteristik kegiatan penggilingan padi di wilsyah Republik Indonesia dalam waktu tertentu.


Survey adalah kegiatan pengambilan data yang di lakukan secara sampling untuk melihat secara khusus suatu pendataan untuk memperkirakan karakteristik suatu populasi pada saat tertentu. Survey biasanya adalah turunan dari sensus sensus pokok yang di lakukan oleh BPS dan biasnya survey dilakuakan agar bisa mengontrol perkembangan dari tahun ke tahun.
Beberapa contoh survey yang di laksanakan bps
1.    Sarkenas
Sarkenas atau survey angkatan kerja adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui sampling untuk melihat berapa banyak jumlah angkatan kerja yang terdapat di Indonesia dan menghitung angkatan kerja yang masih produktif dan yang tidak produktif dalam jangka waktu tertentu. Dnegan dilakuklan sampling walau tak terlalu valid akan tetapi sudah mampu mewakili keadaan yang sebenarnya, sarkenas ini sangat penting di lakuakn karena bisa melihat berapa banyak angkatan kerja aktif maupun tak aktif yang ada di indonesia dan terus menerus mensosialisasikan angkatan kerja ini bisa menjadi angkatan kerja yang produktif, dengan SDM yang membaik di yakini bahwa kompetisi mencari pekerjaan pun semakin berat dari sebelumnya. Disinilah tugas pemerintah menganalisis data yang di beriakan oleh BPS agar dapat menemukan solusi yang bagus.

2.    Susenas
Susenas atau survey sosial ekonomi nasional adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui sampling untuk mencari data berapa tingkat status seseorang di masyarakat dan status ekonomi di tingkat nasional.

3.    Survey penduduk antar sensus
Survey penduduk antar sensus adalah pengumpulan data secara sampling untuk menghitung jumlah penduduk di Indonesia, survey ini mirip sensus penduduk dan di laksanakan di tengah tengah waktu rentan sensus penduduk yaitu pada tahun yang berakhiran lima. Survey ini mirip sensus kependudukan yang dilakukan setiap tahun yang berakhiran 0, fungsinya pun sama tak jauh beda, mungkin ketepatan saja lah yang membedakan keduanya. Sensus penduduk lebih tepat dari pada survey penduduk antar sensus. Walaupun begitu survey ini penting karena untuk melihat secara abstrak pertumbuhan penduduk di Indonesia bisa melihat dan menganalisis di data ini, dengan survey ini diharapkan mampu menghadirkan dan memberi penjelasan dan rencana selanjutnya untuk memilih kebijakan mengenai masalah kependudukan

4.    Survey harga konsumen
Survey harga konsumen adalah pengumpulan sampling yang dilakukan untuk menghitung tingkat konsumeris di Indonesia dan perbandingannya di lakukan pada waktu tertentu.

Thursday, July 5, 2012

Situs Purbakala Watukandang

Situs Purbakala Watukandang

Situs Purbakala Watukandang merupakan situs bangunan berbentuk pra candi sebelum berkembang. Merupakan peninggalan megalistik berupa kelompok deretan batu berdiri yang tertapa rapi. Situs Watukandang diperkirakan sudah ada sebelum adanya candi-candi megah di Indonesia. Peninggalan ini dikeramatkan oleh masyarakat dan dikenal dengan sebutan Watukandang. terletak di tepi jalan tembus Tawangamngu – Matesih. Yang bisa ditemui di Situs Watukandang antara lain :
  1. Punden Berundak dimana Batu Kadang ini berdiri condong sehingga seperti punden berundak yang biasanya disembah sebagai nenek moyang mereka.
  2. Menhir dimana bentuk dari salah satu dari Watu Kandang yang besar dan berdiri tegak seperti tugu, maka bisa diasumsikan bahwa Watu Kandang bisa jadi sebagai Tugu yang menurut mereka suci, dan sebagai tempat pemujaan roh-roh nenek moyang.
  3. Dolmen dimana Watu Kandang itu membentuk seperti meja di tengah-tengah Watu Kandang yang lainya, maka bisa diperkirakan sebagai tempat meletakkan sesaji kepada roh nenek moyangnya.
  4. Lumbung Batu yang mana Watu Kandang berbentuk besar dan melebar, ditengahnya berbentuk cukung dan dalam. Maka bisa disimpulkan salah sutu Wutu Kandang Juga sebagai tempat pengupasan kulit padi.
  5. Gerabah dimana ditemukan berbagai manik-manik yang terbuat dari tanah liat disekitar Watu Kandang.
  6. Manik juga ditemukan manik-manik kecil yang berbentuk Heksagonal, Tetragonal, Silinder, Cornder.
  7. Kubur Batu yaitu kuburan atau tempat letak jenazah karena bentuk Watu Kandang yang membentuk persegi empat dengan ukuran batu dan jarak batu sama dan teratur membentuk sebagai tempat jenazah.

Situs Purbakala Palanggatan

Situs Purbakala Palanggatan

Planggatan hingga kini masih merupakan situs sejarah yang miskin informasi. Barulah sejak 1979 situs ini menjadi asuhan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng. Pada tahun 1985 BP3 Jateng pernah melakukan penggalian sebanyak dua kali. Dari penggalian ini diketahui bahwa candi yang masih terpndam ini menghadap ke Barat. Entah mengapa, setelah diketahui arah hadap candi, penggalian dihentikan dan batuan candi ditutup kembali.Justru karena diketahui bahwa candi menghadap ke Barat serta adanya relief pada batu yang sudah tampak, disimpulkan bahwa situs ini serupa atau sealiran dengan Candi Sukuh.
Lokasi
Situs Planggatan memiliki total luas 4.460 meter persegi, diapit oleh perkampungan penduduk dan tanah tegalan (perkebunan). Kalau kita berada di lingkungan situs, terasa berada di puncak candi yang berpendar melingkar ke segenap penjuru. Kondisi situs pada saat ini, sebagian besar batu-batunya belum tergali secara utuh. Hanya tampak beberapa batu berelief yang masih setengah terpendam. Berdasarkan informasi, pada awalnya tempat keberadaan situs ini merupakan tanah kas desa/dusun yang ditanami rumput untuk pakan ternak. BP3 Jateng merngupayakan penyertifikatan tanah. Dengan demikian, tanah tempat situs ini sekarang resmi dibawah pengelolaan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jateng dan ditetapkan sebagai cagar budaya. Bahkan hingga kini tidak ada restribusi. Dengan demikian sangat jarang wisatawan yang datang, kalau pun ada merupakan singgahan setelah dari Candi Sukuh.
Relief
Yang tersisa dari Candi Planggatan yang dibangun pada ketinggian 910 meter di atas permukaan laut kini hanyalah sisa-sisa candi berupa sekumpulan batu andesit tersusun berderet membentuk denah berukuran 30 x 30 meter sedangkan bagian tengahnya berupa gundukan tanah setinggi satu meter saja. Dari tinggalan beberapa batu candi yang tersisa ini ada yang mempunyai relief. Relief yang dipahatkan pada sebuah batu sebagai bagian dari sebuah candi biasanya berfungsi sebagai penghias candi belaka atau dapat pula memuat cerita yang sesuai dengan sifat keagamaan candi tersebut.
Tampaknya relief-relief yang tersisa di candi ini dahulunya merupakan rangkaian sebuah cerita tetapi mengingat jumlahnya yang terbatas (hanya 6 lempang) tampaknya cerita yang ingin disampaikan dalam relief tersebut sukar untuk dirangkai. Relief-relief tersebut antara lain relief seorang tokoh laki-laki yang merangkul pinggang tokoh lain (wanita) di bagian muka dan di bagian belakang tokoh terdapat tiga orang pengiring; relief seorang tokoh menunggang kuda sedang di bagian belakang tokoh tersebut ada dua orang pengiring membawa tombak dan pada bagian depan terdapat tiga orang bertubuh pendek; relief rumah panggung dan dua rumah berbentuk pendapa yang di bagian sampingnya terdapat seorang pengawal membawa tombak mengiring seorang tokoh menunggang kuda; relief beberapa orang membawa senjata; relief seorang tokoh menunggang kuda diiringi oleh beberapa wanita dan tiga punakawan.
“Gajah Wiku”
Dari sejumlah relief yang tersisa ini ada satu relief yang cukup menarik dan menjadi petunjuk kuat mengenai pertanggalan candi tersebut. Relief itu adalah relief seekor gajah yang digambarkan secara antropomorfis (setengah hewan-setengah manusia) dalam posisi berdiri dengan belalai ke bawah dan di bagian mulutnya terdapat gambar bulan sabit, seolah-olah gajah tersebut tengah memakan buah sabit. Gajah digambarkan memakai sorban seperti seorang wiku/pendeta. Pada bagian pinggang memakai ikat pinggang yang dibuat dari lipatan kain dan pada bagian pinggang sampai lutut tertutup kain pula. Relief ini merupakan sebuah sengkalan memet yang jika dibaca berbunyi “Gajah wiku mangan wulan” yang jika diartikan menjadi sebuah angka tahun 1378 caka atau sama dengan 1456 Masehi. Penggambaran Gajah Wiku ini sama dengan relief yang ditemukan di Candi Sukuh merupakan bagian dari relief pande besi, hanya saja relief Gajah Wiku di Candi Sukuh digambarkan tengah memakan buntut. Namun nilai sengkalan memetnya mempunyai arti yang sama yakni 1378 caka. Artinya pembangunan kedua candi ini (Planggatan dan Sukuh) mempunyai kurun waktu yang sama.
Pada bagian kanan relief Gajah Wiku ini terdapat pahatan prasasti sebanyak empat baris. Bentuk pahatan huruf prasasti ini juga sama dengan prasasti batu yang ditemukan di Candi Ceto dan Sukuh. Hasil pembacaan Riboet Darmosoetopo, seorang dosen arkeologi Fakultas Sastra UGM, Yogyakarta menyebutkan.
Sebenarnya sorban yang dipakai gajah bukan menggabarkan wiku (bhikkhu) karena wiku tidak memakai sorban, namun berkepala gundul. Rasanya lebih mengena bila disebut sebagai “gajah begawan”, sebab penggambaran begawan ada yang bersorban sebagaimana digambarkan sebagi Begawan Abiyasa. Pendapat yang lain Situs ini termasuk peninggalan dari Prabu Brawijaya V Raja terakhir Majapahit sebelum moksa. (wafat beserta raganya) Diceritakan bahwa Prabu Brawijaya V atau Prabu Udara berpindah dari kratonnya di Jawa Timur ke Gunung Lawu sebelah Barat (Jawa Tengah – Kab Karanganyar), sebelumnya Brawijaya sempat beristirahat dan membuat singgahan di sekitar Rawa Pening (Kab.Semarang) yg saat ini disebut Candi Dukuh. Kami belum dapat menginformasikan letak Candi Dukuh.

Situs Purbakala Giyanti

Situs Purbakala Giyanti

Monumen Perjanjian Giyanti atau Situs Giyanti terletak di desa Janti kalurahan Jantiharjo Kecamatan Karanganyar Kota. Monumen ini merupakan suatu monument sejarah yang sangat monumental yang menandai pembagian wilayah Kerajaan Mataram Islam menjadi dua , yakni Surakarta dan Jogjakarta ( Kasunanan dan Kasultanan ) pada zaman pemerintahan Pakubuwono III sekitar tahun 1755.
Ditempat inilah tersimpan ingatan kolektif masyarakat Indonesia tentang kelicikan Penjajah Belanda dalam menundukkan para penguasa Jawa melalui politik pecah belah (devide et impera).
Ditempat ini pula terdapat peninggalan arca yang belum sempurna. Komplek Monumen ini berada di lingkungan desa yang teduh Naskah Perjanjian Giyanti 1755. Perjanjian Giyanti adalah kesepakatan antara VOC, pihak Mataram (diwakili oleh Sunan Pakubuwana III), dan kelompok Pangeran Mangkubumi.Kelompok Pangeran Sambernyawa tidak ikut dalam perjanjian ini.Pangeran Mangkubumi demi keuntungan pribadi memutar haluan menyeberang dari kelompok pemberontak bergabung dengan kelompok pemegang legitimasi kekuasaan memerangi pemberontak yaitu Pangeran Sambernyawa. Perjanjian yang ditandatangani pada bulan 13 Februari 1755 ini secara de facto dan de jure menandai berakhirnya Kerajaan Mataram yang sepenuhnya independen. Nama Giyanti diambil dari lokasi penandatanganan perjanjian ini, yaitu di Desa Giyanti (ejaan Belanda, sekarang tempat itu berlokasi di Dukuh Kerten, Desa Jantiharjo), di tenggara kota Karanganyar, Jawa Tengah.
Lokasi penandatanganan Perjanjian Giyanti
Berdasarkan perjanjian ini, wilayah Mataram dibagi dua: wilayah di sebelah timur Kali Opak (melintasi daerah Prambanan sekarang) dikuasai oleh pewaris tahta Mataram (yaitu Sunan Pakubuwana III) dan tetap berkedudukan di Surakarta, sementara wilayah di sebelah barat (daerah Mataram yang asli) diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwana I yang berkedudukan di Yogyakarta. Di dalamnya juga terdapat klausul, bahwa pihak VOC dapat menentukan siapa yang menguasai kedua wilayah itu jika diperlukan.
Perundingan pembagian Kerajaan Mataram Peta pembagian Mataram setelah Perjanjian Giyanti dan didirikannya Mangkunagaran pada tahun 1757. Menurut dokumen register harian N. Hartingh (Gubernur VOC untuk Jawa Utara), pada tanggal 10 September 1754 N. Hartingh berangkat dari Semarang untuk menemui Pangeran Mangkubumi. Pertemuan dengan Pangeran Mangkubumi sendiri baru pada 22 September 1754. Pada hari berikutnya diadakan perundingan yang tertutup dan hanya dihadiri oleh sedikit orang. Pangeran Mangkubumi didampingi oleh Pangeran Notokusumo dan Tumenggung Ronggo. Hartingh didampingi Breton, Kapten Donkel, dan sekretaris Fockens. Sedangkan yang menjadi juru bahasa adalah Pendeta Bastani.
Pembicaraan pertama mengenai pembagian Mataram. N. Hartingh menyatakan keberatan karena tidak mungkin ada dua buah matahari. Mangkubumi menyatakan di Cirebon ada lebih dari satu Sultan. Hartingh menawarkan Mataram sebelah timur. Usul ini ditolak sang Pangeran. Perundingan berjalan kurang lancar karena masih ada kecurigaan diantara mereka. Akhirnya setelah bersumpah untuk tidak saling melanggar janji maka pembicaraan menjadi lancar. Kembali Gubernur VOC mengusulkan agar Mangkubumi jangan menggunakan gelar Sunan, dan menentukan daerah mana saja yang akan dikuasai oleh beliau. Mangkubumi berkeberatan melepas gelar Sunan karena sejak 5 tahun lalu diakui rakyat sebagai Sunan. (Pangeran Mangkubumi diangkat sebagai Sunan [Yang Dipertuan] atas kerajaan Mataram ketika Paku Buwono II wafat di daerah Kabanaran, bersamaan VOC melantik Adipati Anom menjadi Paku Buwono III).
Perundingan terpaksa dihentikan dan diteruskan keesokan harinya. Pada 23 September 1754 akhirnya tercapai nota kesepahaman bahwa Pangeran Mangkubumi akan memakai gelar Sultan dan mendapatkan setengah Kerajaan. Daerah Pantai Utara Jawa (orang Jawa sering menyebutnya dengan daerah pesisiran) yang telah diserahkan pada VOC (orang Jawa sering menyebut dengan Kumpeni) tetap dikuasai VOC dan ganti rugi atas penguasaan Pantura Jawa oleh VOC akan diberikan setengah bagiannya pada Mangkubumi. Terakhir, Pangeran memperoleh setengah dari pusaka-pusaka istana. Nota kesepahaman tersebut kemudian disampaikan pada Paku Buwono III. Pada 4 November tahun yang sama, Paku Buwono III menyampaikan surat pada Gubernur Jenderal VOC Mossel atas persetujuan beliau tehadap hasil perundingan Gubernur Jawa Utara dan Mangkubumi.
Berdasarkan perundingan 22-23 September 1754 dan surat persetujuan Paku Buwono III maka pada 13 Februari 1755 ditandatangani ‘Perjanjian di Giyanti yang kurang lebih poin-poinnya, seperti dikemukakan Soedarisman Poerwokoesoemo, sebagai berikut:
Pasal 1
Pangeran Mangkubumi diangkat sebagai Sultan Hamengku Buwono Senopati Ingalaga Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo Kalifattullah di atas separo dari Kerajaan Mataram, yang diberikan kepada beliau dengan hak turun temurun pada warisnya, dalam hal ini Pangeran Adipati Anom Bendoro Raden Mas Sundoro.
Pasal 2
Akan senantiasa diusahakan adanya kerjasama antara rakyat yang berada dibawah kekuasaan Kumpeni dengan rakyat Kasultanan.
Pasal3
Sebelum Pepatih Dalem (Rijks-Bestuurder) dan para Bupati mulai melaksanakan tugasnya masing-masing, mereka harus melakukan sumpah setia pada Kumpeni di tangan Gubernur.
Pasal 4
Sri Sultan tidak akan mengangkat/memberhentikan Pepatih Dalem dan Bupati, sebelum mendapat kanper setujuandari Kumpeni.
Pasal 5
Sri Sultan akan mengampuni Bupati yang selama dalam peperangan memihak Kumpeni.
Pasal 6
Sri Sultan tidak akan menuntut haknya atas pulau Madura dan daerah-daerah pesisiran, yang telah diserahkan oleh Sri Sunan Paku Buwono II kepada Kumpeni dalam Contract-nya pada tanggal 18 Mei 1746. Sebaliknya Kumpeni akan memberi ganti rugi kepada Sri Sultan 10.000 real tiap tahunnya.
Pasal 7
Sri Sultan akan memberi bantuan pada Sri Sunan Paku Buwono III sewaktu-waktu diperlukan.
Pasal 8
Sri Sultan berjanji akan menjual kepada Kumpeni bahan-bahan makanan dengan harga tertentu.
Pasal 9
Sultan berjanji akan mentaati segala macam perjanjian yang pernah diadakan antara raja-raja Mataram terdahulu dengan Kumpeni, khususnya perjanjian-perjanjian 1705, 1733, 1743, 1746,1749.
Penutup
Perjanjian ini dari pihak VOC ditanda tangani oleh N. Hartingh, W. van Ossenberch, J.J. Steenmulder, C. Donkel, dan W. Fockens. ”
Perlu ditambahkan Pepatih Dalem (Rijks-Bestuurder/Chief of Administration Officer) dengan persetujuan residen/gubernur adalah pemegang kekuasaan eksekutif sehari hari yang sebenarnya (bukan di tangan Sultan).
Badai belum berlalu Perjanjian Giyanti belum mengakhiri kerusuhan karena dalam perjanian ini kelompok Pangeran Sambernyawa (Raden Mas Said) tidak turut serta.Mengapa dalam perjanjian Giyanti ini Pangeran Sambernyawa tidak turut serta? Para Pujangga Jawa dan Sejarahwan rupanya enggan untuk menulis persoalan detail sekitar perjanjian ini atau paling tidak generasi muda diberi suatu informasi yang benar sebagai landasan membangun mentalitas bangsa pentingnya persatuan.
Dalam Perjanjian Giyanti ini Pangeran Sambernyawa adalah rivalitas Pangeran Mangkubumi untuk menjadi penguasa nomer satu di Mataram.Perjanjian Giyanti merupakan persekongkolan untuk menghancurkan pemberontak.Berhubung pemberontak Mangkubumi sudah bertobat dan kembali bersama VOC dan Paku Buwono III bersekutu kembali untuk tujuan yang sama mematahkan dan menumpas pemberontakan.  Pemberontak yang dimaksud dalam persekutuan dengan Perjanjian Giyanti adalah Pangeran Sambernyawa.Sebagai pemimpin pemberontak Pangeran Sambernyawa dinyatakan sebagai musuh bersama.Disini Perjanjian Giyanti terjadi bukannya tanpa sebab.Sebab yang utama adalah “penyeberangan Pangeran Mangkubumi” dari memberontak menjadi sekutu VOC dan Paku Buwono III.
Mengapa dan bagaimana Pangeran Mangkubumi yang telah lari dari Keraton dan menggabungkan diri dengan pemberontak tiba tiba kembali memerangi pemberontak? Dengan Perjanjian Giyanti Pangeran Mangkubumi sudah bukan lagi sebagai pejabat bawahan Paku Buwono III melainkan sebagai penguasa yang demi alasan ketenteraman Kerajaan memainkan peran memerangi pemberontak.
Disini rupanya Sejarah ada yang disembunyikan dan ditutup tutupi. Pangeran Mangkubumi yang sebelum Perjanjian Giyanti memusuhi VOC secara tiba tiba berbalik bahu membahu memerangi pemberontak. Apa latar belakang yang mendasari sehingga terjadi persekutuan baru VOC, Paku Buwono III dan Pangeran Mangkubumi? Persekutuan Paku Buwono III dengan VOC sudah bukan barang baru lagi karena keduanya bersekutu untuk menumpas pemberontakan. Pangeran Mangkubumi merupakan persoalan tersendiri karena bersama Pangeran Sambernyawa berada dalam posisi memberontak dan memusuhi VOC.
Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Sambernyawa tidak kompak dalam menghadapi VOC.Kedua nya berselisih dan puncak perselisihan itu mengemuka dengan menyeberangnya Pangeran Mangkubumi ke pihak lawan ( VOC ).Penyeberangan itu dilakukan karena kekuatan bersenjata Pangeran Mangkubumi mengalami kekalahan yang sangat telak dan Pangeran Mangkubumi tidak ingin kehilangan kekuasaannya atas kekuatan bersenjatanya akibat kalah dengan Pangeran Sambernyawa.VOC melihat bahwa Pangeran Mangkubumi tidak bakalan menyeberang ke pihaknya kalau tidak mengalami kekalahan dalam perselisihan itu.
Dengan bersama sama Kompeni atau VOC maka musuh Pangeran Mangkubumi bukan lagi VOC/kompeni/Belanda melainkan musuhnya adalah Pangeran Sambernyawa sebagai musuh bersama ( VOC/Kompeni/Belanda, Pakubuwono III, Pangeran Mangkubumi).

Situs Watu Gilang

Situs Watu Gilang

Di tapal masuk hutan Krendhowahono, Desa Krendhowahono Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar tempat pundhen untuk menggelar ritual Wilujengan Nagari Mahesa Lawung (menanam sesaji kepala kerbau) ± 400 meter disebelah barat pundhen terdapat sebuah batu yang dikhususkan keberadaannya. Sepintas batu itu tak jauh berbeda dengan batu-batu yang lain, namun batu ini keberadaanya memang terasa dikhususkan. Batu tersebut dinamakan Watu Gilang karena memang bentuk batu yang cenderung datar.
Meski batu tersebut telah diperlakukan khusus ternyata memang belum dikenal dikalangan masyarakat luas. Hal ini karena ritual tahunan (Wilujengan Nagari Mahesa Lawung) yang cukup dikenal luas oleh masyarakat yang menyamarkan keberadaan Watu Gilang. Lalu apa yang menarik dari keberadaan sebuah batu itu ?
Banyak yang tidak menyangka jika batu yang diperlakukan khusus itu ternyata menyimpan sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro. Bahkan tidak mustahil apabila Watu Gilang tersebut bisa menguak tentang pertanyaan Bagaimana sikap Keraton Surakarta terhadap perjuangan Pangeran Diponegoro.
Batu itu diyakini sebagai tempat duduk pada pertemuan Sampeyandalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono IV dengan Pangeran Diponegoro yang ketika itu sekitar awal abad XVIII, telah memulai berjuang melawan Kompeni Belanda. Sedang Sampeyandalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono IV adalah penguasa Keraton Surakarta Hadiningrat (1788 – 1820).